Iseng-iseng kecoak membuka dokumen di laptop usang ini, dan kecoak menemukan harta karun yang sangat jelek. Langsung saja dilihat, kawan.
Self disclosure atau penyingkapan diri. Terasa asing ya di telinga? Seperti itu pula yang saya dapatkan pertama kali saat mendengarnya. Tetapi ternyata arti dari makna tersebut sangat mengena dengan diri saya. Karena ini menyangkut masalah saya yang sudah lama belum terselesaikan. Mengapa bisa penyingkapan diri ini menjadi sebuah masalah bagi saya? Baik, sebelumnya saya akan menjelaskan apa itu penyingkapan diri sesuai yang saya tangkap. Penyingkapan diri adalah bagaimana seseorang menyingkapkan atau menceritakan sesuatu yang sifatnya pribadi ke orang lain. Terlebih jauh lagi apakah seseorang tersebut bisa menceritakan hal pribadinya kepada semua orang, sebagian orang, atau bahkan tidak kepada seorangpun.
Seperti itulah masalah saya. Di satu sisi saya selalu merasa tidak bisa membuka diri saya kepada orang lain. Saya selalu merasa minder dan memikirkan hal-hal yang buruk sebelum memulai sebuah interaksi dengan orang lain. Rasa takut, gugup, dan canggung selalu saja datang ketika saya akan memulai sebuah komunikasi. Bahkan terhadap teman sendiri pun saya masih merasa canggung. Mungkin karena perasaan saya yang sudah diatur untuk susah mempercayai orang lain, karena dulu saya pernah ditipu dengan teman dekat saya sendiri. Karena masalah uang yang tidak seberapa, teman saya tega menjerumuskan saya ke dalam masalah. Meskipun masalahnya sudah selesai, tetapi saya belum bisa mempercayai lagi teman saya tersebut. Hal itu kemudian membekas di pikiran saya. Saya menjadi susah untuk percaya dengan orang lain, karena saya takut akan terulang lagi kejadian seperti itu. Itulah yang menyebabkan saya susah untuk membuka diri kepada orang lain. Tapi di sisi lain, saya sering dianggap sebagai pendengar yang baik. Seringkali teman-teman menghubungi saya untuk sekadar ngobrol tentang uneg-unegnya, atau bahkan ada yang sampai curhat tentang semua hal yang terjadi pada teman saya. Mereka bilang saya selalu bisa menjadi pendengar yang baik dan pemberi nasihat yang baik. Kenapa bisa seperti itu? Karena saat ada teman yang cerita tentang masalahnya, saya selalu memposisikan seandainya saya berada di posisinya, sehingga saya bisa mengerti apa yang dia rasakan dan apa yang menyebabkan masalah tersebut menjadi begitu pelik untuk dirinya. Akhirnya setelah bisa memahami posisinya, saya memberikan beberapa saran yang mungkin bisa membantu menyelesaikan masalahnya.
Seperti inilah masalah saya tentang penyingkapan diri. Di satu sisi saya merupakan pembicara yang buruk, di sisi lain saya dianggap pendengar yang baik. Saya kadang takut jika membiarkan masalah ini berlarut-larut, saya akan merasa tertekan dan susah untuk mengatakan apa yang saya rasakan. Tidak enak juga selalu mengerti apa yang dialami orang lain tetapi tidak ada yang mengerti apa yang kita rasakan.
No comments:
Post a Comment