Si kecoak lagi bingung, kawan. Negara ini ternyata punya alter ego ya? Kita dikenal baik karena budayanya yang beragam dan dikenal baik juga karena level kehidupan kita yang jauh dari kata APIK. Bahkan kecoak juga rada setuju dengan kata-kata Justin Bieber nyebut Indonesia sebagai random country. Bukan karena kecewa soal rekaman, tapi karena susah untuk menghubungkan Indonesia dengan sesuatu yang APIK di mata dunia. Tapi si kecoak tidak akan menyalahkan pemerintah, kok. Saling menyalahkan juga tidak akan kelar masalahnya. Istilah kerennya NOTA (No Action Talk Only).
Entah kenapa tadi malam setelah nyari makan (emang ada yang buang?) di sekitar GSP iseng-iseng lihat anak kecil yang lagi ngemis di perempatan Jalan Teknika. Sambil nunggu teman yang asyik jeprat-jepret suasana malam (yang bakal lebih lama dari 2 jam), si kecoak terus memperhatikan dan terus memperhatikan. Bayangkan, jam setengah sebelas malam. Ketika (sebagian dari) kita menikmati hangatnya suasana di rumah atau menikmati tidur sampai-sampai kalau ada tsunami tidak tahu, si anak malah lari kesana-kesini, mencari sekeping dua keping uang lima ratusan, syukur uang seribuan, yang mereka dapatkan dari jalan (memang banyak orang yang ngasih duit ke pengemis, tapi lebih banyak lagi yang cuma lemparin duit ke jalan, entah kenapa).
Lampu hijau menyala, si anak itu beristirahat di trotoar sebelah selokan Mataram sambil menghitung duit sisa dari jalan tadi. Langsung si kecoak berdiri, lihat kiri-kanan, nyebrang jalan, dan langsung dekatin anak itu. Basa-basi sedikit, dan kecoak mulai tanya-tanya.
“Lama dik di jalan kayak gini?”
“Ya lumayan, Mas. Yang penting cukup buat makan aja.”
‘Gak pengen sekolah?”
“Pengen, Mas. Tapi gak ada duit. Hasil ngemis ini aja Cuma cukup buat menuhin kebutuhan sehari-hari.”
“Oh gitu, iya juga dik. Ya sudah sekarang ikut, yuk?
“Kemana?”
“Makan, pasti kamu lapar. Aku yang bayar.”
“Benar, Mas?”
“Iya, yuk?”
Selama makan, si anak terus cerita dan cerita sampai-sampai dia banyak bicara sedikit makan. Dia cerita tentang hidupnya, keluhnya, kerasnya hidup di jalan, semuanya. kecoak mulai memperhatikan (lebih tepatnya belajar) tidak peduli bagaimanapun dirimu, mau kamu bajingan, mau kamu baik, mau kamu pengusaha, mau kamu pengemis, kamu selalu punya hal yang membuat kamu rapuh. Jamannya peribahasa “mens sana in corpore sano” sudah tidak berlaku lagi disini, karena pikiran dengan tubuh memang membutuhkan “insentif” yang berbeda. Si kecoak juga mendapatkan pelajaran jangan selalu bergantung dengan orang lain. Yang penting bagaimana kamu berdiri dengan kakimu sendiri.
Setelah makan, si kecoak dan si anak jalanan itu langsung berpisah. Kecoak pun sudah dijemput Pedro, temennya untuk pulang.
“Dro, kalau aku sudah jadi orang kaya, ingatkan aku untuk buat sekolah khusus anak jalanan.”
No comments:
Post a Comment