Hai Hegemoni,
Bagaimana kabarmu di periode hidupmu yang sekarang? Apa mulai terpikirkan tawaranku untuk melanjutkan hidupmu yang akan datang? Atau kau masih terlalu naif dengan datang padaku sambil tersenyum dan berkata, “aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir.” Jujur, aku akui kesabaranmu melebihi Sisifus yang dihukum mengangkat batu raksasa ke atas gunung hanya untuk dijatuhkan lagi kebawah. Menurutku itu sangat ironis. Seperti hidup kita yang diangkat oleh nasib tetapi dijatuhkan juga oleh nasib.
Aku lupa, seperti apa hidupmu disana? Hidup memang tidak semudah yang kita bayangkan ya? Aku jadi ingat kata kata dari Albert Einstein “everything should be made as simple as possible.” Dan aku tidak bisa munafik dengan kebenaran pernyataan itu. Hidup sudah dibuat mudah. Sesusah apapun hidup tapi pasti diringkas dengan mudah oleh nasib. Agar hidup kita berwarna, agar hidup kita tidak hanya terdiri antara ada dan tidak ada, agar hidup kita terisi dengan sesuatu yang sering kita sebut dengan ketidakpastian, sesuatu yang sebenarnya absurd tetapi yang memberikan manusia pekerjaan, profesi, dan terlebih lagi, kehidupan. Ya, manusia memang hidup dari ketidakpastian, seperti ketidakpastian apakah ayam atau telur dulu yang muncul di bumi. Dan terakhir, kita tidak tahu untuk apa hidup.
Jangan khawatir, semua yang ada disini tidak pernah jauh dari kamu. Jarak hanyalah sebuah kenyataan. Tapi kita? Kita tidak peduli dengan kenyataan. Kita ada karena ke-tidak-ada-an kita. Karena itu, hiduplah sebebas yang kau mau dalam keterikatan ini. Empat porosmu ini akan selalu hilang dalam nyata tapi selalu muncul dalam fana.
No comments:
Post a Comment